Momentum
Momentum linear atau biasa disingkat momentum didefinisikan sebagai besaran yang dihasilkan dari perkalian antara besaran skalar massa benda dengan besaran vektor kecepatan geraknya. jadi, momentum termasuk besaran vektor (besaran yang dipengaruhi arah).
Keterangan:
p = momentum (kg m/s)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
Dari Persamaan (1–1) tersebut, dapat dilihat bahwa momentum merupakan besaran vektor karena memiliki besar dan arah.
Momentum merupakan besara vektor sehingga selain mempunyai besar,
momentum juga mempunyai arah. Arah momentum sama dengan arah kecepatan
benda atau arah gerakan benda. Momentum berbanding lurus dengan massa dan kecepatan. Semakin besar
massa, semakin besar momentum. Demikian juga semakin besar kecepatan,
semakin besar momentum. Misalnya terdapat dua mobil, sebut saja mobil A
dan mobil B. Jika massa mobil A lebih besar dari massa mobil B dan kedua
mobil bergerak dengan kecepatan yang sama maka mobil A mempunyai
momentum lebih besar daripada mobil B. Demikian juga jika mobil A dan
mobil B mempunyai mempunyai massa sama dan mobil A bergerak lebih cepat
daripada mobil B maka momentum mobil A lebih besar daripada momomentum
mobil B. Apabila sebuah benda bermassa tidak bergerak atau diam maka
momentum benda tersebut nol.
Satuan internasional momentum adalah kilogram meter / sekon, disingkat kg m/s.
Satuan internasional momentum adalah kilogram meter / sekon, disingkat kg m/s.
Contoh Soal :
1. Sebuah mobil bermassa 1.500 kg bergerak dengan kecepatan 36 km/jam. Berapakah momentum mobil tersebut ?
Kunci Jawaban :
1. Sebuah mobil bermassa 1.500 kg bergerak dengan kecepatan 36 km/jam. Berapakah momentum mobil tersebut ?
Kunci Jawaban :
Diketahui: m = 1.500 kg dan v = 36 km/jam.
m = 1.500 kg
v = 36 km/jam = 10 m/s
Momentum mobil : p = mv = (1.500 kg)(10 m/s) = 15.000 kgm/s.
2. Perhatikan data berikut ini.
- Mobil bermassa 2.000 kg yang berisi seorang penumpang bergerak dengan kecepatan 72 km/jam.
- Seseorang mengendarai motor bermassa 100 kg dengan kecepatan 108 km/jam
- Seseorang naik motor bermassa 100 kg dan membonceng seorang lainnya, bergerak dengan kecepatan 54 km/jam.
2. Perhatikan data berikut ini.
- Mobil bermassa 2.000 kg yang berisi seorang penumpang bergerak dengan kecepatan 72 km/jam.
- Seseorang mengendarai motor bermassa 100 kg dengan kecepatan 108 km/jam
- Seseorang naik motor bermassa 100 kg dan membonceng seorang lainnya, bergerak dengan kecepatan 54 km/jam.
Jika massa orang 50 kg, data manakah yang memiliki momentum terbesar?
Kunci Jawaban :
Diketahui :
mmobil = 2.000 kg
mmotor = 100 kg
vmotor ke–2 = 54 km/jam = 15 m/s,
vmotor ke–1 = 108 km/jam =
30 m/s
vmobil =72 km/jam = 20 m/s
vmobil =72 km/jam = 20 m/s
a. Momentum mobil dengan seorang penumpang:
pmobil = (morang
+ mmobil)(vmobil)
pmobil = (50 kg +
2.000 kg)(20 m/s) = 41.000 kgm/s
b. Momentum motor dengan seorang pengendara:
pmotor = (morang
+ mmotor)(vmotor ke–1)
pmotor = (50 kg + 100
kg)(30 m/s) = 4.500 kgm/s
Jadi, momentum yang terbesar adalah momentum yang dimiliki oleh motor dengan seorang pengendara, yaitu 4.500 kgm/s.
3. Benda A dan benda B masing-masing bermassa 2 kg dan 3 kg, bergerak
saling tegak lurus dengan kecepatan masing-masing sebesar 8 m/s dan 4
m/s. Berapakah momentum total kedua benda tersebut?
Kunci Jawaban :
Diketahui:
mA = mA = 2 kg
mB = 3 kg
vA = 8 m/s
vB = 4 m/s.
pA = mAvA
= (2 kg)(8 m/s) = 16 kgm/s
pB = mBvB
= (3 kg)(4 m/s) = 12 kgm/s
Momentum adalah besaran vektor sehingga untuk menghitung besar momentum total kedua benda, digunakan penjumlahan vektor:
ptotal = (pA2 + pB2)1/2 =
[(16 kgm/s)2 + (12 kgm/s)2]1/2 = 20 kgm/s.
Hukum Kekekalan Momentum
Dua benda dapat saling bertumbukan, jika kedua benda bermassa m1 dan m2 tersebut bergerak berlawanan arah dengan kecepatan masing-masing v1 dan v2
Apabila sistem yang mengalami tumbukan itu tidak mendapatkan gaya luar,
menurut Persamaan (1–4) diketahui bahwa apabila F = 0 maka Δp = 0 atau p
= konstan. Dengan demikian, didapatkan bahwa jumlah momentum benda
sebelum tumbukan akan sama dengan jumlah momentum benda setelah
tumbukan. Hal ini disebut sebagai Hukum Kekekalan Momentum.
Perhatikanlah Gambar 5.
![]() |
Urutan gerak dua benda bermassa m1 dan m2 mulai dari sebelum tumbukan hingga sesudah tumbukan. |
Sebelum tumbukan, kecepatan masing-masing adalah benda v1 dan v2. Sesudah tumbukan, kecepatannya menjadi v1' dan v2'. Apabila F12 adalah gaya dari m1 yang dipakai untuk menumbuk m2, dan F21 adalah gaya dari m2 yang dipakai untuk menumbuk m1 maka menurut Hukum III Newton diperoleh hubungan sebagai berikut:
F(aksi) = –F(reaksi) atau F12 = –F21.
Jika kedua ruas persamaan dikalikan dengan selang waktu Δt maka selama tumbukan akan didapatkan:
F12Δt = –F21Δt
Impuls ke-1 = –Impuls ke-2
(m1v1 – m1v1')=
– (m2v2 – m2v2')
m1v1 – m1v1'
= – m2v2 + m2v2' .... (a)
Apabila Persamaan (a) dikelompokkan berdasarkan kecepatannya, persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.
m1v1 – m1v1' = – m2v2 + m2v2' (1–5)
Contoh Soal :
Dua benda masing-masing bermassa m, bergerak berlawanan arah dengan
kecepatan masing-masing 20 m/s dan 15 m/s. Setelah tumbukan, kedua benda
tersebut bersatu. Tentukanlah kecepatan kedua benda dan arah geraknya
setelah tumbukan.
Kunci Jawaban :
v2 bertanda
negatif karena geraknya berlawanan arah dengan arah gerak benda
pertama. Oleh karena setelah tumbukan kedua benda bersatu dan bergerak
bersamaan maka kecepatan kedua benda setelah tumbukan adalah v1' = v2' = v'
sehingga :
m1v1 + m2v2 =
(m1 + m2)v'
m(20 m/s) + m(–15 m/s) = (m + m)v'
Jadi, kecepatan kedua benda 2,5 m/s, searah dengan arah gerak benda pertama (positif).
Contoh Soal :
Seorang penumpang naik perahu yang bergerak dengan kecepatan 4 m/s. Massa perahu dan orang itu masing-masing 200 kg dan 50 kg. Pada suatu saat, orang tersebut meloncat dari perahu dengan kecepatan 8 m/s searah gerak perahu. Tentukanlah kecepatan perahu sesaat setelah orang tersebut meloncat.
Kunci Jawaban :
Diketahui: mp = 200 kg, m0 = 50 kg
v0 = 8 m/s.
(mp + m0)v =
mpvp' + m0v0'
(200 kg + 50 kg) (4 m/s) = (200
kg)vp' + (50 kg)(8 m/s)
1.000 kgm/s = (200 kg) vp'
+ 400 kgm/s
600 kgm/s = (200 kg) vp'
vp' = 3 m/sContoh Soal :
Seseorang yang massanya 45 kg membawa senapan bermassa 5 kg. Dalam
senapan tersebut, terdapat sebutir peluru seberat 0,05 kg. Diketahui
orang tersebut berdiri pada lantai yang licin. Pada saat peluru
ditembakkan dengan kecepatan 100 m/s, orang tersebut terdorong ke
belakang. Tentukanlah kecepatan orang tersebut pada saat peluru
dilepaskan.
Kunci Jawaban :
Diketahui bahwa Hukum Kekekalan Momentum menyatakan energi mekanik sebelum dan setelah tumbukan adalah sama, dengan ;
m0 = massa orang = 45 kg
ms = massa senapan = 5 kg
mp = massa peluru = 0,05 kg
vp = 100 m/s.
(m0 + ms + mp)v = (m0 + ms)v0 + mpvp
0 = (45 kg + 5 kg)v0 +
(0,05 kg)(100 m/s)
(–50 kg)v0 = 5 kgm/s
v0 = (5 kgm / − 50 m/s) = –0,1 m/s
Jadi, kecepatan orang tersebut pada saat peluru dilepaskan adalah 0,1 m/s.
Impuls
Besaran yang terkait dengan momentum adalah impuls. Impuls adalah besaran dari hasil perkalian antara besaran vektor gaya dengan besaran skalar selang waktu gaya bekerja. Jadi impuls adalah besaran vektor.
Keterangan:
I = impuls
F = gaya (Newton)
.gif)
.gif)
Ket :
I = Impuls (Ns)
F = gaya (N)
Impuls juga sama dengan perubahan momentum sehingga rumusnya :

Gambar 1. Gaya yang diberikan pada bola tenis hanya bekerja dalam selang
waktu singkat. Gaya ini menyebabkan bola tenis bergerak dengan
kecepatan dan lintasan tertentu.
Besarnya impuls dapat dihitung dengan menggunakan grafik hubungan gaya F
terhadap waktu t (grafik F – t). Perhatikan Gambar 3. berikut.

Gambar 2. Luas daerah di bawah grafik F – t menunjukkan impuls yang dialami benda.
Gaya impulsif yang bekerja pada benda berada pada nilai nol saat t1 Kemudian, gaya tersebut bergerak ke nilai maksimum dan akhirnya turun kembali dengan cepat ke nilai nol pada saat t2
Oleh karena luas daerah di bawah kurva gaya impulsif sama dengan luas
persegipanjang gaya rata-rata ( F )yang bekerja pada benda, grafik
hubungan antara F dan t dapat digambarkan sebagai besar impuls yang
terjadi pada benda.
Jika gaya yang diberikan pada benda merupakan suatu fungsi linear,
impuls yang dialami oleh benda sama dengan luas daerah di bawah kurva
fungsi gaya terhadap waktu, seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Impuls = luas daerah yang diarsir.
Dengan memerhatikan Persamaan (1–2), Anda dapat menyimpulkan bahwa gaya
dan selang waktu berbanding terbalik. Kombinasi antara Gaya dan Waktu yang Dibutuhkan untuk Menghasilkan Impuls Sebesar 100 Ns
Gaya (N)
|
Waktu (s)
|
Impuls (Ns)
|
100
|
1
|
100
|
50
|
2
|
100
|
25
|
4
|
100
|
10
|
10
|
100
|
4
|
25
|
100
|
2
|
50
|
100
|
1
|
100
|
100
|
0,1
|
1.000
|
100
|
Besarnya impuls yang dibentuk adalah sebesar 100 Ns, namun besar gaya
dan selang waktu gaya tersebut bekerja pada benda bervariasi. dari Tabel
1. tersebut, dapat dilihat bahwa jika waktu terjadinya tumbukan semakin
besar (lama), gaya yang bekerja pada benda akan semakin kecil. oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa waktu kontak antara gaya dan benda
sangat memengaruhi besar gaya yang bekerja pada benda saat terjadi
tumbukan.
Catatan Fisika :
Catatan Fisika :
Pesawat Luar Angkasa

Gambar 3 Peluncuran Pesawat Luar Angkasa AS, Columbia.
Pesawat luar angkasa yang akan bergerak menuju orbit harus mendapatkan momentum yang sangat besar agar kecepatannya bisa mengatasi percepatan gravitasi Bumi. Oleh karena itu, mesin pesawat harus mampu mengeluarkan gaya dorong yang sangat besar (sekitar 30 × 106 N). (Sumber: Jendela Iptek, 1997)
Tumbukan
Tumbukan
dapat berlangsung secara singkat dan dapat pula berlangsung lama. Pada
semua proses tumbukan, benda-benda yang saling bertumbukan akan
berinteraksi dengan kuat hanya selama tumbukan berlangsung kalaupun ada
gaya eksternal yang bekerja, besarnya akan jauh lebih kecil daripada
gaya interaksi yang terjadi, dan oleh karenanya gaya tersebut diabaikan.
Jika energi
kinetik total benda-benda setelah tumbukan sama dengan energi kinetik
total benda-benda sebelum tumbukan, tumbukannya disebut tumbukan elastik
sempurna . sebaliknya jika energi kinetik total kedua benda setelah
tumbukan tidak sama dengan energi kinetik total kedua benda sebelum
tumbukan , tumbukannya disebut tumbukan tak elastik atau tumbukan tak
lenting. Selanjutnya disini akan dijelaskan lebih lanjut.
1. Tumbukan lenting sempurna pada satu dimensi
Ingat ! jika
pada tumbukan tidak terjadi kehilangan energi kinetik, maka tumbukan
yang terjadi bersifat lenting sempurna. Disini akan dibahas tumbukan
satu dimensi dimana kecepatan benda yang bertumbukan terletak segaris.
Misalnya sepanjang sumbu-x seperti pada gambar 6 berikut.


Berdasarkan Hukum Kekalan Momentum diperoleh;
atau
oleh karena tumbukan yang terjadi adalah lenting sempurna, energi kinetiknya tetap, yaitu:
atau
maka persamaan ketika terjadi tumbukan lenting sempurna dapat dituliskan sebagai berikut
jika persamaan tersebut dibagi dengan persamaan;
maka diperoleh persamaan sebagai berikut:
2. Tumbukan lenting sempurna pada bidang
Tumbukan ini
terjadi pada bidang dua dimensi yang tidak segaris, melainkan sebidang
(dua dimensi). Contoh tumbukan semacam ini adalah tumbukan yang terjadi
pada dua bola billiar atau tumbukan yang terjadi pada tumbukan dua mobil
yang sejenis dan melaju dengan kecepatan yang sama seperti pada gambar
7.
Dengan menerapkan hukum kekekalan momentum pada arah sumbu x, diperoleh
karena pada awalnya kedua benda tidak bergerak pada arah y, maka komponen momentum dari arah y bernilai nol;
Pada tumbukan lenting sempurna, harga koefisien restitusi adalah sebagai berikut:
3. Tumbukan tidak lenting
Dengan demikian, kecepatan kedua benda setelah tumbukan dapat dihitung dengan rumus:
Jika salah satu benda misalnya m2 semula diam, maka persamaanya menjadi:
Jadi,
dengan hanya mengukur massa dan kecepatan sebelum tumbukan, kecepatan
benda setelah tumbukan dapat diperhitungkan. Dalam tumbukan tidak
lenting, energi kinetik setelah tumbukan selalu lebih kecil daripada
energi kinetik sebelum tumbukan.
Rumus energi kinetik sebelum tumbukan adalah
Rumus energi kinetik setelah tumbukan adalah
Pada tumbukan tidak lenting, harga koefisien restitusi adalah sebagai berikut:
4. Tumbukan lenting sebagian
Sebagian
besar tumbukan yang terjadi antara dua benda adalah tumbukan lenting
sebagian. Misalnya, bola tenis yang bertumbukan dengan raket atau bola
baseball yang dipukul. Analisis tumbukan tidak lenting sebagian
melibatkan koefisien restitusi (e) .
koefisien
restitusi didefinisikan sebagai harga negatif dari perbandingan antara
besar kecepatan relatif kedua benda setelah tumbukan dan sebelum
tumbukan.
Pada tumbukan lenting sebagian, harga koefisien restitusi
sumber-sumber :
http://ilmu-top.blogspot.com
http://id.wikibooks.org
http://perpustakaancyber.blogspot.com
https://gurumuda.net
https://fisikamemangasyik.wordpress.com
https://fisikamemangasyik.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar